Do Make Humor Like In College World

Selamat pagi! Surprisingly ketika saya menyapa lewat postingan blog ini, saya justru kewalahan bagaimana memulai menulis (mengetik sih sebenarnya).

What I'm feeling (because something's happening): BORED. MONOTONE. NO MEANINGFUL ACTIVITIES. Seperti ini hari ini, pagi-pagi saya sudah duduk di depan komputer di saat seharusnya saya jogging. Tapi coba cek ini deh..



atau
 

Sumber pertama saya adalah tweet dari Dougie Poynter via akun Twitter milik dia. Pagi ini saya buka dan cek beberapa humor. Lumayan menghibur lah untuk saya yang tidak suka komedi slapstick (jenis gurauan yang dipakai kebanyakan orang barat). Kalau kamu merasa terhibur atau penasaran silakan kunjungi College Humor untuk sekedar  tertawa atau terheran-heran (:

All the Fun Things Become One

Liat Anjing Orang-Orangan Sawah di Bioskop (12/06)

"Howdy? Wah, wah sepertinya memang sudah adat kalau menjelang Ujian Akhir Semester (UAS) dosen nimpuk mahasiswa sama tugas-tugas segapruk. Contohnya, saya sudah diberi tugas sebagai tugas akhir sama dosen sebelum UAS. Ada dosen A yang memberi tugas observasi-presentasi dan dosen B yang memberi tugas ngrekap ulang nilai-nilai dua sekolah. Okelah cuma dua tugas. Tapi tugas-tugasnya gampang-gampang susah. Masih ditambah ketidaksinkronan info sumber tugas. Harus telaten dan teliti. Komplit! Untungnya semester ini ada minggu tenang sebelum UAS. Dua minggu, tapi jadwal resminya sendiri sebenarnya cuma satu minggu. Lumayan untuk bikin tugas yang sepertinya bakal selesai dalam hitungan hari.

Meanwhile, minggu kemarin sebagian besar mata kuliah sudah selesai. Jadi sewaktu weekend saya dan temen-temen sepakat main buat sedikit nge-refresh pikiran. Mumpung ada waktu. Tempat tujuan yang langsung kepikiran waktu itu GRAND 21. Jauh hari sudah ngecek jadwal bioskop, mata langsung terpaku pada dua pilihan: Hachiko sama Alice in Wonderland. Berdasarkan berbagai pertimbangan, si anjing yang menang. Kenapa malah si anjing bukan dunia fantasi? Padahal saya sendiri pada dasarnya suka film yang bergenre fantasi. 

 

Hachiko. Kenapa Hachiko? Alasan paling kuat adalah mungkin karena setelah dipikir-pikir Alice in Wonderland ceritanya begitu (dari semua remake garis besar ceritanya sama). Pemikiran ini didukung komentar temen yang sudah ngecek, "Alice in Wonderland cuma bagus grafiknya." Pada akhirnya liat Hachiko is nothing to lose. Walau Alice in Wonderland sama Hachiko sama-sama masuk Trending Topic (TT) di Twitter, sama-sama dapet acungan jempol, plus masing-masing punya daya tarik tersendiri dibanding yang lain, Hachiko FTW! Lihat film di bioskop memang harus pilih-pilih kalau uang tiket nggak mau terbuang percuma.
........."

Tulisan di atas adalah tulisan yang sudah saya siapkan sebelum membuat postingan ini. Dan tahukah sodara-sodara apa yang akhirnya saya dan teman-teman tonton di bioskop? Tak lain dan tak bukan adalah Messengers 2! Sungguh jauh dari perkiraan.


Saya tak mengira tiga dari empat film yang saya cek sebelum pergi ke Grand 21 ternyata sudah diganti dengan film lain. Salah satunya Messengers 2 yang pada akhirnya saya tonton with no passion karena sudah dapat sedikit bocoran tentang alur ceritanya dan saya tidak tertarik at all.


Messengers 2 merupakan sekuel dari The Messenger yang pada prekuelnya dibintangi oleh Kristen Stewart. Messengers 2 bercerita hampir sama seperti pada film sebelumnya yaitu kutukan yang terjadi akibat memasang scarecrow (orang-orangan sawah yang digunakan untuk menakuti burung gagak) di ladang jagung. Saya pribadi berpendapat bahwa film ini monoton.
Tetapi lepas dari kekecewaan saya karena film yang kita tonton berubah, kami semua mendapat hiburan. Film, lunch, dan tentu saja pikiran yang labih segar karena teralih sejenak dari hal-hal kekampusan.

Permisi, Permisi! (14/06)

Petugas TIKI:
Permisi! Permisi!

Saya:
*tidur*

Petugas TIKI:
Permisi! Permisi!

Saya:
*mulai bangun tapi masih 50%*

Petugas TIKI:
Permisi! Permisi! PAKET!

Itu tadi sepenggal kejadian yang terjadi Selasa, 14 Juni ini. Ceritanya saya doing nothing at home gara-gara tidak ada kegiatan berarti yang bisa dilakukan. Cuma browsing, utak atik layout blog, log in Facebook (untuk kemudian di-log out). Sekitar pukul 11:00 saya offline dan merasa sangat bosan. Akhirnya tiduran di kamar. Detik selanjutnya saya ketiduran dan terbangun karena kejadian di atas. Saya harus berterima kasih kepada Allah SWT yang telah memberi saya pendengaran yang bagus sehingga ketika saya mendengar kata ”paket” saya langsung sadar pasti hadiah buku dari Penerbit Atria sudah datang.


Knock Three Times adalah buku kiriman Penerbit Atria untuk saya karena telah memenangkan undian. KTT bercerita tentang petualangan Molly dan Jack bersama bantalan labu hadiah ulang tahun Molly yang berubah menjadi labu ajaib. Labu itu membawa Molly dan Jack ke tempat di mana labu ajaib itu amat ditakuti. Buku karya Marion St. John Webb ini berkategori sebagai buku non-fiksi yang saya sedang sukai.

Knock Three Times akan menemani saya selama di minggu tenang di rumah yang saya harus nikmati selama kira-kira empat minggu karena jadwal UAS diundur.

Cooking with Grandma (17/06)

Saya sedang ingin menambah daftar masakan yang bisa saya buat. Gurunya siapa lagi kalau bukan nenek saya sendiri yang jago masak. Masakan yang pernah saya dan nenek buat bersama memang baru dua, paklay sama puyunghai ini. Masak bersama nenek terasa beda dibandingkan denagn masak bersama mama. Nenek saya lebih membebaskan saya bertanggung jawab terhadap hasil masakan yang saya buat. Salah tak mengapa. Kita belajar dari kesalahan.

Hasil puyunghai kita? This is it! Puyunghai a la Chef Pingkan (:

Broadcast Pocoyo in Indonesia, Please!



Pocoyo. Saya sedang jatuh cinta dengan Pocoyo. Ceritanya suatu malam ada teman yang mengupdate avatar Twitternya dengan suatu avatar yang sangat menggemaskan. Dan bukan cuma satu akun saja. Beberapa akun pun mulai mengganti avatar mereka dengan "avatar nyempluk" ini (mas Ghani Arasyid, istilahnya saya pakai, ya). Pada malam yang sama saya tanya teman saya yang saya tahu pertama kali menggunakan avatar nyempluk ini, Viona Patricia. Pertama kali dia mention saya link websitenya, langsung saya simpan di toolbar window. Untung saya langsung simpan. Karena besoknya Viona sudah menghapus mention yang dialamatkan ke saya dan menggantinya dengan update-an Twitter tentang link avatar nyempluk itu. Pasti karena banyak yang tanya dapat dari mana jadinya repot jawab satu-satu, ya Vie? Haha!

Saya memang sudah lama cari suatu website khusus membuat avatar. Twitter ini, kalau bisa mengganti avatar sekali saja jadi kecanduan gonta ganti avatar. Untuk social networks yang lain sih tak masalah. Tapi kalau Twitter, saya rasa ada pengecualian.

Avatar yang sedang saya pakai adalah avatar Pocoyo yang mempunyai pipi tembem dan berpenampilan lucu dan menggemaskan. Tapi apa sebenarnya Pocoyo itu?

 My Avatar

The Others


Avatar Pocoyo

Pocoyo (Pocoyó dalam bahasa Spanyol) adalah sebuah serial kartun animasi pra-sekolah Spanyol yang dibuat oleh Guillermo García Carsí, Luis Gallego, dan David Cantolla. Pocoyo bercerita tentang seorang anak muda berpakaian warna biru, yang penuh rasa ingin tahu. Pemirsa didorong untuk mengenali situasi dalam pocoyo dan hal-hal yang terjadi di sekelilingnya. Masing-masing karakter mempunyai ciri tersendiri. Akhir episode ditutup dengan tarian para karakter. Dunia Pocoyo diatur dalam ruang 3D dengan latar belakang putih polos. Acara ini dibuat dengan software XSI Softimage

Pocoyo Also Support Earth Hour


Tertarik menggunakan avatar ini? Silakan klik di sini untuk langsung membuat avatar Pocoyo kamu sendiri!

Sumber dan info Pocoyo lebih jelas silakan klik Pocoyo (Wikipedia), Pocoyo Official Website, dan Pocoyo Official Blog.

I'm Emma Watson. What About You?

A little information about me: I LOVE EMMA WATSON. Saya tidak ingat kapan tepatnya saya mulai mengidolakan Emma Watson. Saya melihat, bahkan mengikuti filmnya, Harry Potter, dan saya tahu lambat laun saya akan mengidolakan dia. Cantik, pintar, berkelakuan baik, sebutkan saja hal-hal yang baik maka kemungkinan Emma Watson akan masuk dalam daftar tersebut.

Saya baru saja googling dari sebuah site untuk semacam "picture walking" picturenya Emma Watson. Tanpa sengaja saya menemukan gambar ini. Gambar ini semacam kuis yang digunakan untuk mengetahui kepribadian kamu, yang diperbandingkan dengan selebriti siapa yang mempunyai kepribadian tersebut. Ketiga selebriti tersebut adalah selebriti yang sedang banyak diidolakan di dunia. Saya Emma Watson, kamu?

Klik gambar untuk memperbesar

The Young Veins



Halo! Mau curhat sedikit sebelum nge-babble di sini. Saya baru saja nyoba fitur baru dari Blogspot yang namanya Template Designer. Tampilan blog yang pakai fitur itu jadi sedikit mirip Tumblr ya. Buat yang punya Tumblr pasti tahu deh. Sekarang lihat template yang saya pakai. Kalau ini memang sengaja dipakai soalnya template yang saya mau ada gangguan sama kode HTML-nya. Padahal kalau saya pribadi berpendapat setiap social network tidak perlu ikut-ikutan ciri khas social network yang lain. Tapi terserahlah. Toh ini juga hanya sebagian kecil fitur dari sekian banyak. Nah, sekarang babble time!

Beberapa hari ini saya sedang sangat terpikat sama satu band. Band yang ada sejak tahun kemarin, tapi dua dari personilnya sudah punya nama duluan di hati kita. Bagi para penikmat Panic! at the Disco, mari kita dengar sejenak kabar dari Ryan Ross dan Jon Walker dengan band baru mereka yang diberi nama The Young Veins.

Who Are They?

The Young Veins adalah band rock dari Topanga, California, Amerika Serikat. Band ini terdiri dari Ryan Ross dan Jon Walker, mantan lead gitar dan bassist band Panic! at the Disco, serta bassist Andy Soukal, keyboardist Nick White, dan drummer Nick Murray.

History

Pada tanggal 6 Juli 2009 Ryan Ross dan Jon Walker meninggalkan Panic! at the Disco, dikarenakan adanya perbedaan musik yang ingin dibuat pada album selanjutnya. Kemudian, Ryan Ross mengatakan kepada MTV bahwa ia dan Jon Walker sedang mengerjakan album baru bersama di Los Angeles dengan produser "Pretty. Odd", Rob Mathes dan produser "Phantom Planet" Alex Greenwald. Pada 28 Juli, diumumkan bahwa proyek baru mereka akan menjadi band rock retro-leaning yang dinamakan The Young Veins. Single pertama mereka yang berjudul "Change", yang memulai debutnya diupload pertama kali di MySpace mereka. Pada 12 Desember 2009 barulah ada penambahan anggota baru, yaitu Nick Murray pada drum dan Andy Soukal pada bass. Beberapa minggu kemudian, Nick White dikukuhkan sebagai pemain keyboard band ini.

Single and Album

Take A Vacation! adalah debut album band rock The Young Veins, dan proyek musik pertama oleh Ryan Ross dan Jon Walker setelah meninggalkan Panic! at the Disco. Album ini terinspirasi oleh band tahun 60-an seperti The Beatles, The Beach Boys, The Kinks, The Byrds, dan The Zombies.

"Change" dirilis sebagai single pertama mereka pada 5 April 2010 sebagai lagu yang didownload gratis di website mereka dan tersedia sehari kemudian di iTunes. Single berikutnya, "Take A Vacation!", yang merupakan judul lagu dari album debut mereka, dirilis pada 18 Mei 2010. "Everyone But You" dirilis sebagai single ketiga 2010 pada 28 Mei. Take A Vacation! berisi sebelas lagu yang akan dirilis pada tanggal 8 Juni 2010 dan sekarang tersedia untuk pre-order di situs resmi mereka, iTunes, dan Amazon.com.

Namun demikian pada album iTunes tersedia untuk pre-order dan berisi bonus lagu eksklusif, "Nothing Matter But You", yang menampilkan Z Berg dari The Like. Album ini tersedia di Amazon.com untuk pre-order dalam tiga versi: versi CD, versi vinil yang juga mencakup versi CD gratis, dan untuk di-download, yang menampilkan sebuah lagu bonus berjudul, "Funnel of Love".

Band Information

Origin: Topanga, California, USA
Genre: Rock, Garage rock, Psychedelic rock
Tahun aktif: 2009-sekarang
Label: One Haven Music
Band terkait: Panic! at the Disco, Phantom Planet, Black Gold, The Like
Website: http://theyoungveins.com/

Anggota
Ryan Ross - lead vokal, backing vokal, ritme gitar (2009-sekarang)
Jon Walker - lead vokal, backing vokal, lead guitar (2009-sekarang)
Andy Soukal - bass, backing vocals (2009-sekarang)
Nick Murray - drum, perkusi (2009-sekarang)
Nick White - keyboard, backing vokal (2010-sekarang)

Kamu bisa coba mendengarkan musik mereka sebelum membeli CD atau kaset atau mendowload dari iTunes di sini.

Saya?

Dari dalam hati saya mengakui bahwa saya terkesan oleh hasil karya Ryan Ross cs. Sahabat saya pernah dalam sekali waktu ngejejelin saya dengan fakta-fakta betapa berbakatnya Ryan Ross. Pada saat itu tentu saja saya apreori dengan apa yang dibicarakan sahabat saya karena Ryan Ross cuma angin lalu bagi saya. Tapi dengan pecahnya Panic! at the Disco menjadi dua kubu, dan sekarang salah satu kubu (The Young Veins) telah membuat album baru pasca pisah yang catchy di telinga saya. Sebenarnya alasan saya suka lebih karena saya sedang menyukai musik-musik yang tidak mengikuti selera pasar. Dan The Young Veins lah salah satu pilihannya. Long live The Young Veins!

Sumber: Wikipedia untuk The Young Veins dan Take A Vacation!

Ketika Wahyu Memagari Akal Bertato

Hayden Panettiere - Lindsay Lohan - Lily Allen


Pernah punya keinginan bertato? Saya pernah. Saya dulu ingin sekali membuat tato bergambar bunga atau kupu-kupu di punggung tangan kanan saya memakai tinta warna putih. Jarang ya orang yang ingin membuat tato dengan tinta warna putih. Tapi saya memang ingin begitu. Keinginan tersebut tak pernah terealisasi karena beberapa alasan.

Alasan pertama yang menghalangi saya bertato adalah sangat tak biasa di keluarga saya salah seorang anggota keluarganya bertato. Ditambah lagi (memang) tidak ada keluarga yang bertato. Kalau alasan pertama ini tidak ada,  maka berarti saya adalah penerus keluarga saya (yang bertato) itu. Alasan kedua adalah saya yakin saya akan cepat bosan dengan gambar tato saya. Saya berandai-andai saya pasti akan butuh waktu yang cukup lama untuk memilih gambar apa yang cocok untuk “diabadikan” di kulit saya sampai tua. Saya ini memang mudah bosan dengan sesuatu. Contohnya banyak. Bagi yang follow saya di Twitter pasti tahu saya sering gonta-ganti gambar profil dan background. Mungkin sudah sekitar sepuluh kali atau lebih gambar profil atau background saya ganti (dibanding dengan teman-teman saya). Contoh lain saya juga pernah memotong rambut setiap tiga bulan sekali dengan model rambut yang sama. Kalau ini saya  akui saya bukan bosan karena model rambutnya, tapi lebih pada ada tidaknya kegiatan yang akan saya lakukan di suatu hari. Sehingga jika tidak ada suatu kegiatan maka saya akan pergi ke salon untuk potong rambut.

Alasan ketiga saya tidak bertato adalah saya masih takut dengan segala resiko keamanan selama proses penatoan. Yang saya maksud dengan keamanan di sini adalah jarum suntik, tinta tato, keadaan subyek yang akan ditato, dll. Tetapi alasan utama saya tidak bertato adalah “Allah melaknat wanita penyambung rambut dan yang disambung rambutnya,wanita pembuat tato dan yang bertato,” Bukhari, Muslim, Tirmidzi.


Alasan Orang Menato & Menghapus Tato

Berdasakan penelitian yang dilakukan di suatu klinik dermatologi di Arizona, Colorado, Massachusetts, dan Texas didapatkan beberapa hasil alasan orang menghapus tato. Mereka yang datang di klinik tersebut mempunyai rentang usia 14 sampai 73 tahun, menato tubuhnya dengan alasan merasa unik (44%) atau karena kebebasan (33%) atau karena ingin mempunyai pengalaman hidup (28%).

Faktor utama mereka menghapus tato adalah karena menjadi lelah (38%), karena telah tumbuh dewasa (66%), mempunyai keinginan untuk menyembunyikan tato (67%), dan karena mendapat komentar dari orang lain yang sangat penting baginya (32%). Untuk lebih jelasnya silakan klik di sini.


Sedikit “Hitamnya” Tato

Tahu pesepak bola Karl Fredrik Ljungberg kan? Pesepak bola yang dulu sangat aktif ini menderita migrain secara tiba-tiba dan tanpa sebab yang berkepanjangan. Tak tanggung-tanggung terkadang dia merasa sakit sampai dua minggu. Tim dokter membutuhkan waktu lebih dari setahun untuk menemukan penyebab penyakit yang diderita Ljungberg. Pada Mei 2005 tim dokter akhirnya bisa melacak penyebab migrain berkepanjangan itu. Ternyata Ljungberg keracunan tinta tato yang ada di tubuhnya. Ljungberg yang mengoleksi tato panther di sisi kanan dan punggungnya itu menurut tim dokter menderita alergi tinta tato. Alergi ini menimbulkan reaksi pada kelenjar getah bening yang ada di pinggang, sehingga menyebabkan peradangan pada jaringan syaraf. Syaraf yang terganggu inilah yang memicu migrain.

Lain cerita dari seorang remaja berasal dari Burlington, Vermont, Amerika. Dia menderita penyakit yang lebih buruk dari Ljungberg. Pemuda ini divonis mengidap penyakit yang berbahaya dan belum ada obatnya, yakni systemic lupus erythematotus (Lupus). Dia tertular melalui jarum tato yang tercemar virus.

Mereka yang gemar merajah tubuh memang beresiko tinggi terserang penyakit. Merajah berarti melukai badan. “Dari luka inilah lazimnya banyak bibit penyakit yang masuk ke dalam tubuh,” ujar Dr. Irma Bernadette Simbolon, dermatovenereulogist (dokter ahli kulit) dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Rasa sakit yang dirasakan sejak awal ketika jarum tato ditusukkan ke kulit menjadi awal kulit terinfeksi berbagai penyakit. Jika sudah terinfeksi maka korban akan mengalami demam tinggi.

Jadi, berdasarkan beberapa fakta di atas, saya ciutkan nyali saya bertato. Takut sakit, takut berdosa. Goodbye tato!!! You're interesting, but you're also a dangerous thing.