Judul Asli : The Boat: Singapore Escape - Cannibalism at Sea
Tebal : 128 halaman
Pengarang : Walter Gibson
Penerbit : Elex Media Komputindo
Ringkasan
Pada tanggal 1 Maret 1942, kapal uap Belanda Rooseboom yang berbobot 1.000 ton dan mengangkut 500 orang pengungsi Singapura yang sedang diduduki Jepang—sebagian besar orang Inggris, berlayar dari Padang, Sumatera menuju Ceylon (sekarang Sri Lanka). Dalam separuh perjalanan menuju keselamtan, kapal ini diserang oleh torpedo dan karam di tengah Samudra Hindia. Di tengah kengerian dan kebingungan, hanya satu sekoci yang diluncurkan. Perahu penyelamat itu dirancang untuk mengangkut 28 orang, tapi kini dijejali 135 orang yang berusaha menyelamatkan diri.
Selama 26 hari, sekoci itu terapung-apung di Samudra Hindia. Selama 26 hari pula, kanibalisme, pembunuhan, kepahlawanan, dan pengorbanan diri mengapung bersamanya. Saat sekoci akhirnya kandas di Pulau Sipora di sekitar Kepulauan Mentawai, hanya empat orang yang selamat, yaitu dua pelaut Jawa, seorang gadis China bernama Doris Lim, dan Walter Gibson dari Pasukan Argyll and Sutherland Highlander, Skotlandia. The Boat adalah kisah sejati Walter Gibson, dari peristiwa mengerikan itu. Dia menangkap secara gamblang trauma mental, derita fisik, dan keputusan untuk membunuh atau dibunuh. Tapi yang terpenting adalah, tekad untuk tidak mati sia-sia.
Kesan
Ceritanya membuat kita tak habis pikir hal-hal yang tak masuk akal itu nyata. Lingkungan, keadaan, orang-orang pun mempengaruhi kelakuan manusia. Manusia diubah dari berperikemanusiaan menjadi sebaliknya.
Walter Gibson menulis secara runtut tentang bagaimana suatu peristiwa bisa terjadi dan akibat apa yang ditimbulkan. Gibson juga bernostalgia dengan kenangan bersama teman-temannya dari pasukan Argyll selama enam minggu di hutan.
The Boat merupakan “buku harian” bersejarah seorang Walter Gibson tentang perjuangan hidup.
Tentang Pengarang
Lahir tahun 1914, Walter Gardiner Gibson mendaftarkan diri sebagai prajurit muda pasukan Argyll and Sutherland Highlander, Skotlandia. Bersama Batalion ke-2 mereka, dia dikirim ke Asia, dan berdinas di India, China, dan Malaya selama tujuh belas tahun.
Pengalamannya yang luar biasa selama Perang Dunia II antara lain adalah bertempur dalam Perang Slim River, melarikan diri melintasi hutan di Malaya, dan bertahan hidup di atas sekoci selama 26 hari di tengah-tengah kanibalisme, keputusasaan, dan pengkhianatan.
Lalu, selama dua tahun, dia menahan derita di kamp tawanan perang milik Jepang di Medan, sampai akhirnya dibebaskan di Singapura pada tahun 1945. Sering digambarkan sebagai sosok yang bersemangat, dia menuliskan pengalaman-pengalamannya dalam dua buku, The Boat dan Highland Laddie.
Setelah meningggalkan Angkatan Darat, dia pindah ke Ontario, Kanada, bersama keluarganya. Prajurit, tawanan perang, dan pengarang Walter Gibson, meninggal dunia pada tanggal 24 Maret 2005, dalam usia 90 tahun.
Thanks to:
1. Amazon for the picture
Thanks to:
1. Amazon for the picture
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Hello there! Thanks for dropping by and commenting. I read every comment I receive and try and answer them all as long as they are appropiate (spam, rude language, or other content unrelated to the post will be deleted).
Have a nice day!
Pingkan